Berpisah Dalam Kedamaian

Ada pertemuan ada perpisahan.

Menurut saya, kalimat yang paling tepat untuk melengkapi kalimat diatas adalah bahwa "segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi". Ketidak-abadian ini bukanlah cacat, tetapi kesempurnaan. Sayangnya, Ketidakabadian dan perpisahan seringkali disikapi dengan kesedihan. Tak heran, jika bagi beberapa orang ketika kata perpisahan terlontar, seketika itu juga mata mereka berkaca-kaca. Dan hampir disetiap acara perpisahan selalu diiringi drama sedu sedan yang memilukan.

"Apa definisi pisah?"

Pisah secara bahasa berarti tidak saling menyatu, tidak berhubungan, tidak rapat (berjarak), atau tidak berdampingan. Api dan air adalah dua benda yang secara kodrati terpisah. Dengan kata lain, keberadaan kedua benda tersebut saling menafikan satu dengan lainnya sehingga tidak mungkin terjalin sebuah hubungan. Lain kasus antara air dan minyak, air bisa saling merapat dengan minyak, bisa saling berdampingan namun tidak bisa menyatu. Maka, air dan minyak adalah dua benda yang sama-sama cair namun saling memisahkan diri karena sebab-sebab yang tidak memungkinkan terjadinya penyatuan.


Dalam kehidupan sosial manusia, kasus seperti api dan air tidak pernah terjadi. Manusia adalah makhluk sosial. Oleh karena itu, manusia saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Hanya saja, terkadang ada sebab-sebab yang membuat mereka akhirnya terpisah-pisah menjadi kelompok-kelompok atau individu-individu yang berbeda antara satu dengan lainnya. Persis seperti kasus air dan minyak diatas.

Perpisahan adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan manusia. Adakalanya manusia terpisah secara fisik, namun batin mereka saling bertautan, dan ada pula perpisahan itu terjadi secara batiniyah namun masih berhubungan secara fisik dengan baik. Perpisahan yang paling ekstrim adalah perpisahan secara fisik dan jiwa sekaligus. Perpisahan-perpisahan seperti ini sangat mungkin terjadi karena beberapa sebab, antara lain karena adanya perbedaan keyakinan atau ideologi, perbedaan biologis, perbedaan ras, perbedaan adat istiadat, kematian dan lain-lain.

Perpisahan itu damai dan indah selama berada dalam kerangka berpikir positif dan dalam bingkai keimanan terhadap takdir Allah. Hanya dengan cara inilah, perpisahan dapat menemukan beberapa hikmah dan arti baru. Maka, perpisahan dapat berarti berlepas diri dari kejahiliyaan menuju kebenaran, dari kesulitan menuju kemudahan, dari kegelapan menuju cahaya. Perpisahan bisa berarti kado cinta dari Tuhan kepada hambanya. Perpisahan juga bisa berarti terlepasnya belenggu-belenggu kebodohan.

Bilal bin Rabah tidak menangis ketika disiksa dengan sangat pedih oleh tuannya lantaran beliau memutuskan untuk berpisah dari berhala lalu beriman kepada Allah. Utsman bin Affan tidak bersedih ketika disiksa oleh pamannya. Sa'ad bin Abi Waqqas tetap teguh memegang keyakinannya meskipun Hamnah ibunya berniat tidak makan dan minum hingga mati. Begitu pula dengan Amr bin Yasir yang tetap tegar meski ayah dan ibunya disiksa sampai meninggal dunia, bahkan ketika ia juga disiksa secara bertubi-tubi oleh orang kafir.

Abu Thalhah, Abdurrahman bin Auf, Abu Dzar Al-Ghifari atau Rabi'ah Al-Adawiyah ketika memutuskan berpisah dengan kenikmatan duniawi justru membuat mereka merasakan kado cinta dari Tuhannya. Atau nabi Ayyub yang terpisah dengan seluruh harta bendanya dan beberapa istrinya, justru membuat nabi Ayyub semakin yakin akan pertolongan Allah, dan semakin mencintai Allah. Orang-orang muhajirin juga tidak bermuram durja ketika terpisah dengan keluarga dan harta bendanya demi melakukan hijrah ke Madinah.

Menangislah... menangislah sewajarnya kala perpisahan tiba, kita hanyalah manusia yang lekat dengan keterbatasan. namun jiwa kita takkan mampu bangkit jika ia terus berada dalam kubangan airmata. Bersedih boleh saja, tapi ingatlah bahwa dari perpisahan yang kecil itu, Allah telah mempersiapkan pertemuan yang besar sebagai karunia bagi hamba-hambanya yang bersabar. Dan ketika perpisahan berarti hilangnya kebaikan berganti dosa dan keburukan-keburukan, maka bersegeralah...sertailah airmatamu dengan penyesalan yang dalam, lantunan doa-doa ampunan yang panjang, dan bertekadlah untuk tidak kembali dalam lumpur kesesatan. Karena tindakanmu saat ini adalah bukti keinsyafan.

wallahu A'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar